Rabu, Januari 21, 2009

Big Vision

Kenapa harus punya Big Vision?

Semua orang ingin sukses dengan harta yang melimpah, pasangan yang rupawan, anak yang lucu, jabatan yang tinggi, ingin punya karya besar. Semua orang pernah bermimpi hanya sebagian dari yang bermimpi melakukan mimpinya. Kebanyakan yang tidak melakukan mimpinya karena tidak mau gagal.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ ﴿١٤﴾

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S Ali Imran 14)

Materi :

Build Vision

Membangun visi harus melibatkan dua hal yang tak terpisahkan yaitu Akal dan Kehendak. Akal merupakan proses rasional manusia untuk mengenali apa yang menjadi target dan bagaimana cara mencapainya. Sedangkan kehendak adalah kondisi psikologis manusia untuk mewujudkan visi yang ingin dicapai. Kedua hal ini sangat mempengaruhi satu sama lain. Contoh ketika kita hendak menuju ke suatu kota. Kita harus mengetahui apa alasannya dan bagaimana kita menuju ke kota yang hendak kita tuju berikut jalurnya. Selain itu apa yang diinginkan untuk menuju suatu kota tersebut. Maka, akan sempurna visi ketika akal dan kehendak saling mempengaruhi.

Reasoning (Akal)

Manusia adalah mahluk yang berfikir. Karena kemampuan berfikir, manusia mempunyai proses rasional dalam dirinya. Segala sesuatu yang ada di dunia bagi manusia dapat dimanfaatkan sedemikian rupa untuk manusia beraktifitas dan bertahan untuk tetap hidup di dunia hingga terhentinya segala aktivitas itu. Tak sedikit diantara manusia melupakan tentang terhentinya segala aktivitas ini sehingga manusia cenderung terjebak pada rasional-rasional sementara yang hanya mampu di indera sesuai sudut pandang yang sangat terbatas ini.

Akal dapat dikatakan sebagai proses berfikir. Manusia berfikir dimulai dengan melihat suatu fakta yang tertangkap oleh indera dan diproses di otak dimana terdapat sebuah informasi tentang sebuah fakta tadi. Berfikir merupakan awal manusia untuk bergerak. Secara rasional manusia tidak akan melakukan aktifitas didunia ini tanpa berfikir. Kunci dari manusia bisa berfikir dengan sempurna karena adanya suatu informasi tentang fakta yang diindera.

Allah SWT berfirman :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ ﴿٣٠﴾ وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ ﴿٣١﴾ قَالُواْ سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ ﴿٣٢﴾

(30). Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (31). Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (32). Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S Al Baqarah 30-31)

Diagram Proses Berfikir


informasi sebelumnya

l

L<<<<>>>>Panca indra<<<<>


  • Untuk membangun visi yang besar manusia harus memulai dengan mencari informasi tentang apa yang disebut dengan visi yang besar. Apakah visi besar itu menjadi superman, wonder women atau yang menjadikan superman dikenal dunia?
  • Lalu apa itu visi besar? (Visi yang mampu menyelamatkan dunia akhirat) Keunggulan Hidup (Life Excellent)

وِمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿٢٠١﴾

"Ya Tuhan Kami,berilah kami kebahagiaan di dunia (dengan ibadah) dan kebahagiaan di akhirat (tinggal di surga);dan peliharalah kami dari siksa neraka".(Q.S al-Baqarah 201)

membangun sebuah visi memiliki karakteristik dalam upayanya dengan menggunakan metode SMART (Sensitive, Matters of FACT, Act, Risk dan Trade-off)

Sensitive

Peka terhadap situasi juga peka terhadap kelebihan dan kekurangan kita. Dengan sensitive kita dapat meperkirakan usaha apa yang akan kita lakukan untuk menggapai visi yang akan dicapai.

Matters of FACT

Visi yang hendak dibangun bukan sebuah khayalan atau visi yang utopis. Kondisi yang sangat ideal bukan lah sesuatu yang utopis. Terbang bukan lah sesuatu yang utopis bila memakai alat. Dengan kata lain manusia harus memikirkan bagaimana caranya mustahil atau sulit. Selama bisa dilakukan berarti hanya akan menemukan kesulitan dimana kesulitan akan ada jalan keluarnya.

Sebagaimana Allah berfirman:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً ﴿٥﴾ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً ﴿٦﴾

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 06. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S Al Insyiraah 5-6)

Act

Melakukan usaha untuk mencapai tujuan merupakan keniscayaan bagi yang mempunyai visi dalam hidupnya. Tindakan inilah mengmenyebabkan tujuan itu tercapai atau tidak.

Risk

Beresiko sudahlah tentu bagi yang menginginkan visi tercapai. Resiko yang pasti akan muncul adalah hambatan tercapainya suatu tujuan.

Allah berfirman :

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تُتْرَكُواْ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّهُ الَّذِينَ جَاهَدُواْ مِنكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُواْ مِن دُونِ اللّهِ وَلاَ رَسُولِهِ وَلاَ الْمُؤْمِنِينَ وَلِيجَةً وَاللّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١٦﴾

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S At Taubah 16)

Trade-off

Mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki agar tercapai tujuan yang diimpikan.

Sabda Rasullah SAW :

“Berusahalah sekuat tenaga untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu dan janganlah sekali-kali merasa lemah. Dan mintalah tolong kepada Allah.”(Al-Hadits)

Karena berfikir maka manusia dapat mengenali visi apa yang hendak dibangun. Berikut adalah cara membangun visi yaitu :

Clear target and details

Membangun suatu visi sebaiknya sudah jelas dan detail. Bagaimana seseorang mampu mengendarai pesawat terbang? Bagaimana seorang professor mendapat gelarnya? Target yang akan kita bidik harus jelas. Dengan akal manusia dapat mengenali targetnya sehingga mampu membuat detilnya sebagai perencanaannya yang hendak dilakukan.

Target yang jelas berawal dari mengenal diri. Mengenal potensi manusia, sehingga dapat mengelola diri dengan baik. Oleh karenanya kita tidak bisa berpaling dari true vision. Bahwa kita adalah makluk yang diciptakan dan akan dikembalikan pada Sang pencipta Allah SWT. Apapun yang kita lakukan akan berdampak besar pada diri kita. Menentukan target harus berdampak baik. Maka hal yang harus diperhatikan dalam membangun kejelasan target dan detilnya individu harus mampu menggali berbagai informasi tentang kehidupan.

Understand the reason ‘how to get that’

Setelah mengetahui dan membuat perencanaan secara detail maka dalam membangun visi diperlukan pemahaman mengenai hal-hal yang dapat mengarahkan manusia mewujudkan target yang ingin dicapai. Ada hukum kasualitas yang pada umumnya terjadi dikehidupan manusia didunia. Kita harus mengerti pada sebab-sebab terjadinya sesuatu seperti kayu akan terbakar bila ada api, belajar yang menyeluruh agar menguasai suatu ilmu, memperjuangkan untuk beribadah kepada Allah agar mendapat surga.

Connecting the right causality

Hal terpenting ketika mengetahui alasan terwujudnya suatu visi adalah dapat mengaitkan hubungan kasualitas dengan benar. Keberhasilan akan terwujud karena ada suatu usaha yang dilakukan oleh manusia. Sebagaimana janji Allah dalam firmannya :

ذَلِكَ بِأَنَّ اللّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّراً نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمْ وَأَنَّ اللّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿٥٣﴾

“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni`mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (Q.S Al Anfal 8 : 53)

Attention the Law Nature (Reasonable)

Untuk menuju pada tujuan yang besar kita hatus tahu tentang bagaimana standart usaha untuk mewujudkan tujuan besar. Sebagai contoh kita akan jatuh pada ketinggian, aganya grafitasi, orang akan marah bila diolok-olok, memperlakukan seseorang dengan baik akan disegani dan masih banyak lagi.

Appropriate from the Role of Life

Pada aspek ini sebagai seorang muslim kita harus mengacu pada peraturan hidup yang tercantum pada Al Quran dan As Sunnah. Untuk menggapai impian tidak menghalalkan segala cara. Prinsip dasar melakukan harus mangacu pada akhamul khamsah. Selama usaha untuk mencapai tujuan berada pada wilayah diperbolehkan. Contoh ingin mendapat nilai bagus tentunya harus belajar secara menyeluruh pada suatu bidang ilmu bukan mengambil jalan mencontek atau perilaku-perilaku yang bertujuan untuk memotong proses yang harus dilakukan.

Selain dari Kitabullah sebenarnya role of life merupakan fitrah manusia. Suatu penindasan tentunya merupakan pelanggaran. Maka untuk mengetahui peraturan hidup, selain menggali Kitabullah dan Al Hadist kita harus mampu mengenal diri kita. Sehingga hal hal yang tidak sesuai dengan fitrah manusia tentunya tidak kita lakukan.

Desire (Kehendak)

Selain kerja akal untuk mendapatkan visi yang besar. Kita harus mampu mempunyai hasrat untuk mewujudkannya. Tanpa hasrat akan mustahil suatu impian yang besar akan terwujud. Jangankan impian yang besar tanpa hasrat pekerjaan yang ringanpun akan terabaikan.

نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ﴿٣١﴾

“Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (Q.S Fushshilat 31)

Hasrat merupakan dorongan untuk melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah diimpikan. Hasrat ini sifatnya abstrak dan bisa naik turun. Maka untuk mengantisipasi penurunan hasrat kita harus kembali pada kerja akal agar fluktuasi hasrat tidak pada interval yang tinggi.

Dalam mewujudkan suatu impian hasrat harus mempunyai sifat sebagai berikut :

Perfect want, consistent, continue

Keinginan yang sempurna harus terjaga agar konsisten dan berkesinambungan. Hal yang menjadikan seseorang memiliki tekad yang kuat tentu terjadi karena pemahaman tentang kehidupan yang sempurna. Tanpa kesempurnaan pemahaman hidup kita tidak akan mampu membulatkan tekat dengan konsisten dan berkesinambungan.

Need affection

Hal lain yang harus ada adalah perasaan membutuhkan tercapainya suatu tujuan. Ketika tujuan kita akherat dimana kita akan hidup kekal maka usaha kita akan teruju pada bagaimana melakukan pekerjaan ini dengan baik agar kekekalan yang akan dirasakan berbuah kesenangan. Dengan kata lain jika seseorang bertujuan ke surga dan butuh kesenangan yang kekal maka seseorang akan berupaya dengan sebaik-baiknya untuk mewujudkan tujuannya. Terlebih kesempatan yang dilakukan tidak akan datang dua kali maka usaha yang dilakukan akan lebih giat lagi.

Equal between the drive and facilities

Hal lain yang penting adalah keseimbangan antara keinginan dan fasilitas yang ada. Ketika keinginan untuk menyampaikan suatu kelompok didaerah yang berjauhan tentunya untuk mewujudkannya akan terbatas pada fasilitas-fasilitas yang kita miliki. Ketika kitas terbatas pada tulisan dan hanya ada kertas dan pena. Tentunya kita tidak akan bisa berkeinginan untuk mengirimkannya lewat surat elektronik.

Lanjut membaca “Big Vision”  »»